EoneZone

Yang mau berubah, jarang susah

Do We Need Romantic Sex

Romantic sex, perlukah dilakukan setiap waktu? Bercinta tanpa melibatkan emosi bak sayur tanpa garam. Namun, jika hasrat sudah tak tertahankan, mau bilang apa? Begitulah umumnya kaum pria yang seringkali "hantam kromo" saja. Padahal wanita benar-benar memerlukan romantic sex. Apa romantic sex harus diakhiri dengan kontak seksual?

Bercinta adalah kebutuhan setiap umat manusia. Umumnya, bagi sebagian besar kaum pria menganggap bahwa ada di kamar tidur bersama pasangannya, berarti saatnya bercinta. Padahal, aktivitas di kamar bukan hanya sekedar bercinta saja. Ritual bercinta yang lengkap melibatkan banyak unsur guna diraihnya kepuasan bersama. Banyak anggapan bahwa seks kerap didominasi dengan aktivitas seksual dan posisi-posisi bercinta revolusioner.

Alhasil, aktivitas selalu dianggap via kacamata kontak seksual saja. Padahal, ada yang luput dari sekedar kontak seksual. Unsur romantis memegang peranan penting dalam sebuah hubungan seksual yang sehat dan harmonis. Setidaknya, dengan romantic sex kaum pria telah memberikan kepuasan secara psikis terhadap wanita. Maklum, kacamata wanita tak selalu menganggap kontak seksual harus berupa intercourse.

Fenomena ini disadari betul oleh Alex (43) yang kini menjabat sebagai Area Manager di sebuah perusahaan kontraktor pengadaan barang & jasa. Selama hampir 12 tahun lebih ia membina rumah tangga dengan sang istri, Winda. Dalam kurun waktu sepanjang itu Alex sedikit demi sedikit mengumpulkan arti pentingnya unsur romantis dalam melakukan ritual bercinta.

"Awalnya, hubungan kami memang sangat hot. Saya kira hubungan itu wajar-wajar saja, dan tidak ada masalah. Namun, lama-kelamaan istri saya cenderung frigid," kata Alex. la pun kebingungan, akhirnya dengan komunikasi yang terbuka di antara mereka, Alex menyadari apa yang menjadi masalahnya. Gaya bercinta Alex yang mengadaptasi sistem "tembak langsung" ternyata menjadi ganjalan tersendiri bagi sang istri. Alex pun mengklaim bahwa ia mampu ejakulasi sesuai waktu atau di atas rata-rata pria pada umumnya. Namun, hal itu bukan jaminan bahwa sang istri juga meraih kenikmatan. Beruntung Alex peka dengan ganjalan di hati sang istri. Seiring waktu berjalan, Alex mulai memperlihatkan sikap romantisnya. "Bersikap romantis bukan hanya dilakukan jika sedang bercinta, ingin bercinta, atau setelah bercinta saja. Menurut saya, to be romantic bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Bahkan, setelah sekian lama, hubungan kami semakin romantis. Tua-tua keladi, makin tua makin jadi...ha..ha..ha..," katanya sembari tertawa lepas.

Apa yang diungkapkan Alex memang cukup beralasan. Menurut Ferryal Loetan, Sex Consultant & Rehabilitation Specialist, menjelaskan, Romantic Sex adalah suasana melakukan hubungan seksual dalam keadaan romantis. Unsur romantis adalah tonggak dari sebuah aktivitas seksual. Artinya, tanpa sesuatu yang romantis, manusia belum tentu bisa melakukan sebuah ritual bercinta dengan lengkap. "Cuma dalam perkembangannya, orang cenderung melupakan unsur romantis dalam beraktivitas seksual. Orang sekarang justru hanya ingat unsur seksualnya saja. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah-masalah dalam hubungan seksualitas karena unsur romantis yang ditinggalkan tadi," kata dokter Ferryal.

Orang Muda Anggap Enteng

Ditambahkannya, unsur romantisme dan seksual adalah sesuatu yang berjalan secara bersamaan. Keadaan romantis sebenarnya bukan hanya kepentingan mayoritas orang muda. Jangan salah! Justru orang muda itu adalah kaum yang paling banyak meninggalkan unsur romantic sex. Mereka cenderung hanya berpikiran ke arah seksual-nya saja. Di benaknya hanya making love dan mencari kepuasan. "Justru romantic sex itu cenderung banyak dilakukan oleh kaum tua, maksudnya orang yang kita anggap sudah lebih dewasa lah.

Karena mereka lebih memikirkan teknik, foreplay, interplay, dan lain-lain. Intinya, mereka lebih cenderung memikirkan hal-hal mana yang lebih menyenangkan secara psikis, bukan cuma menyenangkan secara seksual, seperti saling berbagi cinta kasih, saling memuji, menyanjung, dan lainnya. Sebenarnya, ini condong ke arah kebutuhan si wanita," katanya.

Lanjutnya, teknik-teknik romantis itu mereka harapkan bisa membangkitkan birahinya dan birahi pasangannya secara maksimal. Itulah keuntungan yang mereka dapat di usia tersebut. Sedangkan kaum muda, khususnya yang berumur di bawah 45 tahun, Kadar romantismenya cenderung kurang. "Mereka lebih banyak ke arah seksual. Misalnya, mereka melakukan perangsangan, tapi itu tetap saja yang bersifat seksual, bukan perangsangan yang sifatnya romantis. Dan memang kalau kita bicara romantis, tentunya hal itu lebih bersifat ke arah psikis atau kejiwaan," jelas Dr. Ferryal.

Benarkah tanpa romantisme, urusan menjadi seks tidak berhasil? "Manusia itu makhluk sosial dan romantis. Jadi, kalau seseorang melakukan kegiatan seksual, seharusnya kegiatan romantisme ini jangan ditinggalkan, tetapi sebaiknya dilakukan secara bersama-sama," katanya. Hanya dalam perkembangannya, umumnya kalangan muda memiliki hasrat seksual yang menggebu-gebu alias berlibido tinggi, akibatnya unsur romantis pun luput dari pikirannya.

Bisa dibilang unsur romantis memegang peranan sangat penting dalam menjaga keharmonisan ranjang. "Tanpa romantisme, sebenarnya sama saja kita membeli seks, atau jajan. Dimana pelanggan hanya cari kepuasaan pribadi, dan tidak memikirkan apakah si PSK puas atau tidak," katanya.

Umumnya wanita cenderung lebih membutuhkan romantic sex. Pasalnya, wanita adalah manusia yang lebih emosional ketimbang pria yang cenderung rasional. Jadi, pria lebih banyak pakai otak, wanita lebih banyak pakai hati. Umumnya, di usia perkawinan yang lebih matang unsur romantis justru sangat kentara. Kisaran angkanya bisa di atas lima tahun. Kalau tiap pasangan bisa menjaga kadar romantisme dalam hubungannya, maka semakin lama kualitas romantisme di antara mereka pun akan semakin baik. "Kalau mereka dari awal tidak memikirkan romantisme, tetapi hanya memikirkan seksual, tentunya hal itu tidak akan berjalan. Biasanya, nanti di saat mereka tua pun tak ada lagi unsur romantis di antara mereka," jelas Dr. Ferryal.

Orang Asia Kurang Romantis

Unsur romantisme dalam jiwa seseorang ternyata tak lepas dari kultur negara bersangkutan. Setidaknya hal ini diamini oleh dokter Ferryal. Menurutnya, orang Asia, termasuk Indonesia, cenderung lebih dominan ke unsur seksual-nya. "Coba lihat para orangtua kita, tidak banyak yang romantis di masa tua mereka. Justru mereka yang di saat tua tetap romantis adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan dari Eropa. Misalnya, sekolah-sekolah Belanda, dan lainnya," jelasnya.

Tambahnya,"Romantisme yang mereka tunjukkan dengan sering duduk berduaan, saling berpelukan, jalan-jalan bersama di sebuah taman sembari melihat cucunya. Mereka menunjukkan rasa kasih sayang, perhatian, dan menunjukan rasa kebahagiaan terhadap pasangan. Tapi, aktivitas seperti berpelukan dan saling mengelus itu bukan bersifat seksual."

Kendati demikian, kultur orang Asia yang kurang romantis itu sah-sah saja. Namun dengan catatan hal itu tidak menimbulkan protes di antara pasangan. Menurut hasil penelitian Dr. Ferryal beberapa waktu lalu menunjukan bahwa 56% wanita yang belum pernah merasakan orgasme. Hal itu terjadi karena ketidaktahuan si wanita bahwa menikah sebenarnya menjanjikan kenikmatan. Yang mereka tahu bahwa kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan hanya bisa diraih kaum pria. Padahal, semua itu bukan dominasi
kaum pria. "Tapi, sekarang kan sudah beda, pola pikir wanita sudah berubah. Kini, mereka sudah lebih berani mengungkapkan keinginannya," tambahnya.

Berjalannya waktu dan perubahan zaman, wanita di masa sekarang umumnya mulai terbuka. Artinya, mereka sudah lebih tahu bahwa seksual itu bukan hanya kepentingan kaum pria, tapi kepentingan mereka juga. Mereka sadar bahwa kepuasan adalah milik berdua. "Kalau wanita sudah menyadari itu, mereka tentu tidak mau diperlakukan sewenang-wenang oleh kaum pria," katanya.

Tak Harus Kontak seksual

Karena unsur romantis dalam bercinta bisa mempercepat meraih kepuasan, maka bak dua mata pisau yang berbeda, dilupakannya romantic sex akn bisa mengakibatkan hancurnya hubungan secara tidak langsung dengan pasangan. Namun begitu, romantic sex tidak harus selalu diakhiri dengan hubungan seksual, demikian menurut Dr. Ferryal. Katanya lagi, "Makanya, hal ini bisa dilakukan oleh para orang-orang tua, dan dilakukan di mana saja. Mereka bisa romantis tanpa ada niat merangsang nafsu seksual atau
berlandaskan birahi. Jadi, sebenarnya mereka hanya melampiaskan kasih sayang di antara mereka."

Tapi, aktivitas tersebut tetap digolongkan sebagai aktivitas seksual. "Hanya saja akan lebih baik jika unsur romantisme ini digabung atau diakhiri dengan making love. Tentunya hal ini akan lebih mantap lagi," tambahnya.

Memang ada tipikal pria yang kurang romantis, namun ia memiliki ketahanan durasi bercinta yang cukup fantastis. Kendati demikian, menurut Dr. Ferry, hal itu bukan tolok ukur kejantanan seorang pria.

"Hal itu belum tentu menunjukan sebuah kehebatan dan sebagai jaminan bahwa si wanita juga akan puas. Biar pun kontak seksual bisa berlangsung lama, justru si wanita bukannya mendapatkan kepuasan, tapi malah menderita karena kesakitan. Bahkan, umumnya si wanita ingin hubungan badan itu segera berakhir, karena faktor psikis mereka tidak terpenuhi. Bagi mereka, hubungan macam itu tidak menawarkan kenikmatan," tandasnya.

Unsur romantisme pada wanita memang memiliki peran yang sangat penting. Bahkan, jika teknik romantisme dilakukan dengan mantap, seringkali bisa menyebabkan si wanita orgasme tanpa adanya kegiatan seksual. Bahkan, pria yang memahami wanita, seharusnya bisa memberi keyakinan terhadap pasangannya akan rasa aman dan nyaman. Kamar adalah salah satu lokasi yang menyenangkan bagi sebagian besar wanita. Kamar diyakini sebagai tempat melepas penat fisik dan otak. Di sinilah kejelian seorang
pria diuji. Dapat bersikap layaknya seorang pria sejati. Komunikasi yang lembut adalah salah satu jawabannya. Berikan perhatian lebih dan perlakukan istri bak seorang puteri adalah hal yang tak sulit dilakukan. Ketika istri telah mendapatkan kenyamanan yang dinginkannya itu, dari situlah libido sang istri akan terbentuk, dan berujung ke sebuah ritual bercinta yang apik.

Sumber: Male Emporium

0 komentar: