Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Politeknik Pos (Poltekpos) Bandung dan komunitas warga "rt-net-kapelima.com" mengujicobakan pemasangan alat pengukur curah hujan (APCH) online yang pertama di Indonesia.
Pemasangan APCH yang terhubung ke jaringan Internet dan bisa diakses oleh publik itu dilakukan di Kompleks Kantor Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung, Jumat.
Uniknya, ketersediaan infrastruktur dan akses Internet nirkabel (wireless) justru diselenggarakan oleh Komunitas warga RT05/ RW 13 Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang.
"Alat ukur curah hujannya type lama yang biasa digunakan sejak tahun 1980-an yakni RGL-5001, bedanya kini itu terakses ke jaringan internet sehingga bisa dibuka oleh publik," kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Pengembangan Instrumen LIPI, Adi Sartono di Bandung.
Dengan APCH online itu, warga masyarakat bisa mengetahui curah hujan di kawasan Cilengkrang umumnya Kota Bandung dengan membuka situs "rt-net-kapelima.com".
"APCH itu mendata curah hujan dalam radius 30 kilometer, siapapun di seluruh dunia bisa mengakses curah hujan dari perangkat itu," katanya.
Berbeda dengan perangkat pengukur hujan sebelumnya, yang hanya tersambung ke jaringan kantor pusat isntansi pemasangnya saja seperti Otorita PLTA Cirata, serta oleh PU Pengairan di DAS Brantas dan Jember yang sudah memasang alat itu namun belum `on-line".
Keuntungan perangkat ini, kata Adi, memudahkan instansi terkait mengamati curah hujan karena dilakukan secara otomatis, database curah hujan bisa terakses secara on-line sehingga dapat memprediksi terjadinya banjir di daerah.
Selain itu software aplikasinya dapat dikembangkan menjadi sistem informasi monitoring banjir, kelembaban udara, temperatur dan yang lainnya.
"Alat ini juga memberikan data hidrologi bagi instansi atau departemen terkait seperti Pekerjaan Umum, pertanian maupun masyarakat umum," katanya.
Cara kerja APCH on-line itu, kata dia, terdiri dari sensir curah hujan yang berbentuk corong sensor `tiping bucket` dengan diameter 12 milimeter, pengukuran dilakukan dengan perangkat cawan berjungkit berbahan stanles steel denga rata-rata volume curah hujan 1-150 mililiter per jam dengan akurasi kesalahan sebesar 3 persen.
Data tersebut diakses ke modul `interfave" kemudian diolah dalam software data hujan berbasis "IGOS", kemudian data tersebut diakses secara online dengan membuka situs "www.rt-net-kapelima.com.
"Di Indonesia baru di sini, sedangkan di luar negeri, seperti Malaysia dan Thailand data curah hujannya telah cukup lama bisa diakses publik," kata
Sementara itu, Ketua Komunitas "www.rt-net-kapelima.com, Dhanang Widijawan, menerangkan komunitas itu membangun dan mengembangkan akses Internet dalam rangka pengembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) program pemerintah terkait "Community Acces Point" (CAP).
"Jaringan ini diselenggarakan secara bottom up, mandiri dan insiatif sendiri yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan setempat," katanya.
Pada kesempatan peluncuran APCH on-line itu juga dilakukan penandatangan nota kesepahaman di antara LIPI, Poltekpos, komunitas `www.rt-net-kapelima.com" serta Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.
Pemasangan APCH yang terhubung ke jaringan Internet dan bisa diakses oleh publik itu dilakukan di Kompleks Kantor Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung, Jumat.
Uniknya, ketersediaan infrastruktur dan akses Internet nirkabel (wireless) justru diselenggarakan oleh Komunitas warga RT05/ RW 13 Desa Jatiendah Kecamatan Cilengkrang.
"Alat ukur curah hujannya type lama yang biasa digunakan sejak tahun 1980-an yakni RGL-5001, bedanya kini itu terakses ke jaringan internet sehingga bisa dibuka oleh publik," kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Pengembangan Instrumen LIPI, Adi Sartono di Bandung.
Dengan APCH online itu, warga masyarakat bisa mengetahui curah hujan di kawasan Cilengkrang umumnya Kota Bandung dengan membuka situs "rt-net-kapelima.com".
"APCH itu mendata curah hujan dalam radius 30 kilometer, siapapun di seluruh dunia bisa mengakses curah hujan dari perangkat itu," katanya.
Berbeda dengan perangkat pengukur hujan sebelumnya, yang hanya tersambung ke jaringan kantor pusat isntansi pemasangnya saja seperti Otorita PLTA Cirata, serta oleh PU Pengairan di DAS Brantas dan Jember yang sudah memasang alat itu namun belum `on-line".
Keuntungan perangkat ini, kata Adi, memudahkan instansi terkait mengamati curah hujan karena dilakukan secara otomatis, database curah hujan bisa terakses secara on-line sehingga dapat memprediksi terjadinya banjir di daerah.
Selain itu software aplikasinya dapat dikembangkan menjadi sistem informasi monitoring banjir, kelembaban udara, temperatur dan yang lainnya.
"Alat ini juga memberikan data hidrologi bagi instansi atau departemen terkait seperti Pekerjaan Umum, pertanian maupun masyarakat umum," katanya.
Cara kerja APCH on-line itu, kata dia, terdiri dari sensir curah hujan yang berbentuk corong sensor `tiping bucket` dengan diameter 12 milimeter, pengukuran dilakukan dengan perangkat cawan berjungkit berbahan stanles steel denga rata-rata volume curah hujan 1-150 mililiter per jam dengan akurasi kesalahan sebesar 3 persen.
Data tersebut diakses ke modul `interfave" kemudian diolah dalam software data hujan berbasis "IGOS", kemudian data tersebut diakses secara online dengan membuka situs "www.rt-net-kapelima.com.
"Di Indonesia baru di sini, sedangkan di luar negeri, seperti Malaysia dan Thailand data curah hujannya telah cukup lama bisa diakses publik," kata
Sementara itu, Ketua Komunitas "www.rt-net-kapelima.com, Dhanang Widijawan, menerangkan komunitas itu membangun dan mengembangkan akses Internet dalam rangka pengembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) program pemerintah terkait "Community Acces Point" (CAP).
"Jaringan ini diselenggarakan secara bottom up, mandiri dan insiatif sendiri yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan setempat," katanya.
Pada kesempatan peluncuran APCH on-line itu juga dilakukan penandatangan nota kesepahaman di antara LIPI, Poltekpos, komunitas `www.rt-net-kapelima.com" serta Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar